PALANGKARAYA- Hari ini, Minggu 16 Februari 2025, dunia memperingati Hari Paus. Ya, Hari Paus Sedunia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan melakukan perlindungan terhadap Paus di seluruh dunia. Ikan raksasa ini merupakan salah satu hewan yang dilindungi di banyak negara.
Dilansir dari National Today, perayaan Hari Paus Sedunia pertama kali diadakan pada tahun 1980 di Maui, Hawaii. Peringatan ini berawal dari ide Greg Kauffman, pendiri Pacific Whale Foundation. Tujuan Greg saat itu adalah untuk meningkatkan kesadaran tentang ancaman kepunahan yang dihadapi paus bungkuk.
Sejak saat itu, paus menjadi sorotan utama dalam Festival Paus Maui, sebuah acara gratis yang menghadirkan berbagai parade seperti kendaraan hias dan karakter berkostum. Festival ini bahkan menampilkan cara anak-anak dan musik dari artis internasional.
Saat ini, paus terus menghadapi berbagai ancaman, seperti perburuan ilegal, polusi laut hingga perubahan iklim. Hilangnya habitat alami mereka seperti pengembangan pesisir dan pengeboran minyak juga menjadi ancaman bagi populasi paus di seluruh dunia.
Peringatan Hari Paus Sedunia menjadi momen penting bagi semua elemen untuk mengambil tindakan agar kelestarian habitat mereka tetap terjaga. Hiu paus, raksasa lembut lautan, adalah ikan terbesar yang pernah berenang di bumi. Dengan panjang tubuh yang bisa mencapai 18 meter, makhluk purba ini memiliki usia yang sangat panjang.
Sayangnya, umur panjang ini justru menjadikannya rentan terhadap berbagai ancaman, terutama dari aktivitas manusia seperti penangkapan ikan secara tidak sengaja dan perburuan. Perubahan iklim dan kerusakan habitat juga semakin memperparah situasi, mengancam keberlangsungan populasi hiu paus di masa depan.
Populasi Ikan Paus di Indonesia
Melansir dari laman Goodstats.id, di antara sekian banyak negara di dunia, Indonesia merupakan salah satu yang istimewa karena menjadi habitat bagi mamalia laut langka ini. Konservasi Indonesia (KI) mencatat keberadaan 472 ekor hiu paus di lima lokasi berbeda di Indonesia. Angka ini menjadi titik awal bagi KI untuk memperkuat upaya konservasi dan mengembangkan ekowisata yang berkelanjutan, sekaligus melibatkan masyarakat dalam menjaga kelestarian spesies ikonik ini.
Penelitian Konservasi Indonesia mengungkapkan distribusi hiu paus yang menarik, dengan populasi terbesar ditemukan di Teluk Cendrawasih (153 ekor). Temuan ini, bersama dengan data dari Teluk Saleh (110 ekor), Talisayan (80 ekor), Kaimana (76 ekor), dan Gorontalo (53 ekor).
Hiu paus, raksasa lembut yang telah berenang di lautan selama lebih dari 240 juta tahun, baru terungkap keberadaannya oleh manusia pada abad ke-19 di lepas pantai Afrika Selatan. Kemampuan hiu paus untuk menyelam hingga kedalaman 3.000 kaki tidak menjadikannya kebal dari ancaman.
Justru, kemampuan ini, dikombinasikan dengan kebiasaan mereka mencari makan di perairan dangkal, membuat mereka rentan terhadap berbagai aktivitas manusia, termasuk penangkapan. Sayangnya, hiu paus kini telah terdaftar sebagai spesies yang terancam punah, menghadapi ancaman serius terhadap kelestariannya.
Daging dan sirip hiu paus menjadi incaran utama perburuan, mengakibatkan penurunan populasi hingga 50% dan mendorong spesies ini ke ambang kepunahan. Interaksi antara hiu paus dan aktivitas manusia di perairan Indonesia seringkali berujung pada luka.
Tabrakan dengan puing kayu yang mengapung bebas atau terjeratnya pada alat tangkap seperti jaring nelayan menjadi penyebab utama luka pada hiu paus. Luka-luka ini tidak hanya menyebabkan rasa sakit tetapi juga dapat mengganggu kemampuan mereka dalam mencari makan dan bermigrasi, mengancam kelangsungan hidup spesies yang sudah rentan ini.
Keberadaan hiu paus tidak hanya penting bagi ekosistem laut, tetapi juga dapat menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat sekitar. Seperti yang ditekankan oleh Senior Manager Konservasi Spesies Fokus Konservasi Indonesia, Iqbal Herwata, mamalia laut ini dapat mendukung kegiatan ekonomi melalui pengembangan ekowisata.
Peningkatan kesadaran akan pentingnya melestarikan hiu paus merupakan langkah awal yang krusial. Melalui pendidikan, kampanye, dan partisipasi aktif masyarakat pesisir dan nelayan, dapat membangun kesadaran kolektif untuk melindungi spesies ini.
Kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat lokal dalam upaya pelestarian hiu paus merupakan langkah strategis untuk menjaga keanekaragaman hayati laut Indonesia. Dengan menggabungkan kearifan lokal dan pengetahuan ilmiah, kita dapat mengembangkan program-program konservasi yang relevan dan berkelanjutan.
Harapannya, melalui upaya bersama ini, populasi hiu paus di Indonesia dapat pulih dan ekosistem laut kita dapat kembali seimbang. Dan kesadaran yang tumbuh ini akan memicu tindakan nyata untuk melindungi habitat hiu paus, mengurangi aktivitas penangkapan ikan yang merusak, dan mendukung upaya penelitian serta konservasi.
Dengan demikian, generasi mendatang dapat menikmati keindahan dan keunikan hiu paus serta mewarisi laut yang sehat dan lestari. (VK1/net)