Ratusan ibu-ibu di Kelurahan Tanjung Pinang tampak berdesak-desakan untuk mendapatkan cap pada kupon yang mereka dapatkan dari Ketua RT, sebelum mengantre untuk menebus sembako bersubsidi, di halaman kantor Kelurahan setempat, Rabu (11/10/2023) siang.
PALANGKA RAYA – Dinas Perdagangan, Koperasi UKM dan Perindustrian (Disperindagkop) Kota Palangka Raya melakukan operasi pasar (Opsar) bahan pokok (sembako) bersubsidi kepada warga. Sembako berupa beras 5 kg, minyak goreng 2 liter dan gula 2 liter ditebus warga dengan harga Rp100 ribu.
Sayangnya, prosedur Opsar dinilai terlalu bertele-tele, sehingga mendapat protes warga. Protes disampaikan warga dan Ketua RT di Kelurahan Tanjung Pinang, saat Opsar di kelurahan itu, Rabu (11/10/2023). Saat itu, warga diminta melakukan dua kali antre untuk menebus sembako senilai Rp100 ribu. Antrean pertama untuk verifikasi kupon yang dibagikan melalui Lurah dan Ketua RT. Di tahap ini warga harus menunjukan foto copy KTP berikut kupon untuk dicap. Setelah diverifikasi dengan memberikan cap, baru warga antre untuk menebus sembako.
Ada indikasi, pihak Disperindagkop khawatir dan takut jika terjadi pemalsuan kupon yang mereka salurkan melalui Lurah dan Ketua RT. Sehingga verifikasi sengaja dilakukan untuk memastikan keaslian kupon. Hal inilah yang disesalkan warga, juga para Ketua RT. Sebab selama ini tak pernah ada kasus pemalsuan kupon di daerah itu, sehingga tak perlu ada verifikasi yang membuat proses Opsar bertele-tele. Apalagi sembako itu tidak gratis, dan subsidinya tak seberapa. “Hanya untuk menebus sembako 100 ribu saja harus dua kali antre, ini seperti mengerjai kami warga, apalagi ini musim kabut asap,” kata salah satu warga, ditimpali warga lainnya.
Pihak Disperindagkop yang hadir menyebutkan prosedur itu harus diikuti. Sebab mereka juga diawasi oleh Kejaksaan. “Kalau ada yang tidak setuju, silakan tidak usah menebus kuponnya,” kata salah seorang petugas dari Disperindagkop Kota Palangka Raya, yang melakukan verifikasi kupon.
Ketua RT 3/RW III Kelurahan Tanjung Pinang, Dasrum Sudarmaji, mengaku kesal dengan aturan Disperindagkop. “Subsidi yang diberikan kepada warga hanya 20 ribu lebih, untuk apa kami melakukan pemalsuan kupon. Tidak ada gunanya dan tidak ada untungnya bagi kami,” kata Dasrum saat ditemui wartawan.
Yang ada, lanjut Dasrum, Ketua RT selaku aparat pemerintahan paling bawah, sering mendapat protes dari warga, sebab kupon yang dibagikan tak seimbang dengan jumlah warga. “Di RT saya jumlah KK 62, tapi kupon yang dijatah cuma 20. 50 persennya saja tidak sampai,” katanya. Dasrum mengaku mendapatkan kupon itu melalui Lurah. Lurah diberikan oleh pihak Disperindagkop.
Ketua RT 4/RW III, Kelurahan Tanjung Pinang, M Naufal, meminta agar ke depan pihak Disperindagkop turun sendiri ke RT-RT untuk membagikan langsung kupon kepada warga. “Kalau memang tidak percaya lagi dengan Lurah dan RT di sini, silakan dari Disperindagkop saja yang membagikan kupon kepada warga, untuk apa lewat Ketua RT. Atau bahkan kalau memang tidak percaya lagi, silakan Ketua RT dibubarkan saja semua,” kata Ofal, sapaan akrabnya. Ofal menilai terlalu berlebihan jika sampai pihak Disperindagkop mencurigai ada pemalsuan kupon. “Atau jangan-jangan mereka dari Disperindagkop itu yang bermasalah, sehingga diawasi oleh Kejaksaan,” kata Ofal.
Ketua RT 2/RW III, Ismed, juga menyayangkan hal itu. “Apa untungnya memalsukan kupon. Uangnya mereka yang terima, sembakonya mereka yang bagi. Kami Ketua RT ini hanya mendapat pahitnya saja, kalau ada warga yang tidak dapat kupon, kami yang diprotes. Saya juga setuju kalau memang dari Disperindagkop tidak percaya dengan kami Ketua RT atau aparat dari Kelurahan Tanjung Pinang, silakan ke depan mereka atur sendiri saja, tidak usah melalui RT,” jengkel Ismed.
Lurah Tanjung Pinang, Gerald, saat diwawancarai via pesan WhatsApp, mengaku ada 400 kupon yang Ia terima dari Disperindagkop Kota Palangka Raya. Ke-400 kupon itu kemudian Ia bagikan kepada setiap Ketua RT untuk kemudian dibagikan kepada warga. Ditanya apakah selama ini di Kelurahan Tanjung Pinang pernah terjadi pemalsuan kupon atau ada masalah dalam pembagian sembako, Gerald menjawab, “Kalau selama ini tidak pernah dan tidak ditemukan”. vk1