Petugas damkar saat melakukan upaya pemadaman api yang melalap lahan di batas antara Kota Palangka Raya dan Kabupaten Pulang Pisau.
PALANGKA RAYA – Kabut asap yang menyelimuti Kota Palangka Raya akibat kebakaran hutan dan lahan, makin tebal. Pantauan Selasa (26/9/2023), matahari hanya muncul pada pagi hari, selanjutnya siang sampai petang tertutup kabut tebal. Aroma udara di ibukota Provinsi Kalteng tak lagi segar, namun berbau asap pekat.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palangka Raya Achmad Zaini mengungkapkan, berdasarkan pemantauan ISPU melalui alat pemantau udara di Kecamatan Jekan Raya, pada Selasa kemarin kondisi udara telah mencapai tingkat yang tidak sehat. Nilai ISPU saat ini mencapai 133 dengan parameter kritis Pm 2,5 mikron, yang berarti kualitas udara saat ini sudah mencapai level yang dapat merugikan makhluk hidup, termasuk manusia, hewan, dan tumbuhan.
“Berdasarkan hasil pemantauan, nilai parameter Pm 2,5 ini mencapai puncaknya pada pukul 16.00 hingga 20.00 sore serta antara pukul 04.00 hingga 08.00 pagi,” terangnya. Dinas Lingkungan Hidup Kota memberikan himbauan untuk mengurangi kegiatan di luar ruangan. Jika perlu keluar, disarankan untuk menggunakan masker.
Plt Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangka Raya, Alman Pakpahan mengatakan, selama dua hari terakhir terdapat lebih dari 12 titik api yang ditangani oleh pihaknya dan satgas karhutla. “Kemarin yang paling parah di daerah Tangkiling, di Desa Sabaru, Jalan Surung dekat pemakaman Muhammadiyah, sudah teratasi tapi belum sepenuhnya karena asap masih keluar,” katanya.
Alman menyebut sebagian besar asap ini diduga berasal dari kebakaran hutan dan lahan di Tumbang Nusa, Kabupaten Pulang Pisau. Tim Satgas masih terus berusaha menuntaskan pemadaman baik siang maupun malam hari. vk1