PALANGKARAYA – Kabar mengejutkan datang dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Doris Sylvanus Palangkaraya, Kalimantan Tengah (Kalteng). Rumah sakit milik Pemprov Kalteng itu rupanya diam-diam terbelit hutang. Jumlahnya cukup fantastis, mencapai Rp120 miliar.
Jumlah hutang ini diakui Pelaksana Tugas (Plt) Direktur RSUD dr Doris Sylvanus Palangkaraya, Suyuti Syamsul. Kepada awak media, Selasa (3/6/2025), Suyuti mengakui hutang sebesar Rp120 miliar itu menumpuk sejak tahun 2023 hingga 2024.
Kini, rumah sakit yang terletak di Jalan Tambun Bungai Palangkaraya itu, bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah untuk menutupi biaya operasional.
“Dengan hutang 120 miliar itu sebesar itu terlalu berat jika dibebankan sepenuhnya kepada rumah sakit,” kata Suyuti. Dengan hutang sebesar itu, Suyuti juga mengakui jika ini rumah sakit swasta maka secara teknis sudah bangkrut atau pailit. “Tetapi ini kan rumah sakit pemerintah, sehingga ada jalan untuk menyelesaikan,” ujar Suyuti.
Salah satu solusi yang diambil, kata dia, adalah mengalihkan belanja operasional rumah sakit ke APBD. Bila sebelumnya kebutuhan dasar seperti listrik dibayar sendiri oleh pihak rumah sakit, kini biayanya ditanggung Pemprov Kalteng.
“Jalan yang kami tempuh adalah belanja operasional kita bebankan ke APBD. Jadi sebelumnya listrik dibayar rumah sakit, sekarang pemprov yang bayari, sehingga biaya untuk membayar listrik dipakai untuk membayar hutang,” katanya.
Meski begitu, Suyuti menyebut jika sejak Oktober 2024 hingga kini, sekitar Rp60 miliar dari total utang sudah berhasil diselesaikan. “Sampai sekarang itu sekitar Rp60 miliar yang kita selesaikan,” sebutnya.
Ia juga mengakui bahwa ketersediaan obat-obatan di rumah sakit mulai membaik, meski belum sepenuhnya normal. Kendalanya, masih ada pemasok yang enggan memberikan pinjaman lantaran tunggakan belum lunas.
“Termasuk obat yang sebelumnya hampir kosong semua sebenarnya sudah banyak sebetulnya, sudah mulai banyak meskipun memang ada yang belum. Kami akui ada yang belum, karena utangnya belum bayar. Orang sudah gak mau pinjami lagi,” kata Suyuti.
Meski begitu, Suyuti tetap optimistis, pembayaran kepada pemasok obat dipastikan bisa rampung untuk kebutuhan hingga akhir tahun. “Tapi sebagian besar sudah kita buka, bahkan ada beberapa pemasok obat itu sampai Desember kita sudah selesaikan,” katanya. (VK1)