PALANGKARAYA – Gereja Katolik memandang keluarga sebagai perkumpulan atau persekutuan dalam gereja yang paling inti, atau paguyuban paling inti dalam gereja. Peran keluarga sangat penting dan strategis, sehingga perlu mendapatkan perhatian. Harapannya agar di dalam keluarga tumbuh iman, tumbuh panggilan.
Hal ini disampaikan Uskup Palangkaraya Mgr Aloysius Maryadi Sutrisnaatmaka MSF, dalam wawancara dengan voxkalteng.com, di sela kegiatan pembukaan Raker I Komisi Keluarga Regio Kalimantan, Kamis (3/10/2024) malam. Raker ini berlangsung tiga hari, 3-6 Oktober 2024, di Wisma Unio Keuskupan Palangkaraya, Jln Tjilik Riwut Km 6. Peserta Raker ini merupakan utusan tiap Keuskupan di wilayah Kalimantan.
Dalam Raker ini, kata Uskup, peserta yang hadir akan saling sharing, berbagi pengalaman dalam hidup berkeluarga, yang tentu ada tantangannya sekaligus ada peluangnya, bagaimana mengembangkan keluarga itu dalam hidup beriman, beragama, dan bermasyarakat. Keluarga juga disebut sebagai Ecclesia domestica atau gereja rumah tangga.
Ketua Komisi Keluarga Regio Kalimantan, Pastor Ignatius Sari MSF, dalam wawancara terpisah, mengatakan Raker ini pertama kalinya mengumpulkan peserta dari seluruh Kalimantan. Selama ini pertemuan hanya Sub Regio, yakni Sub Regio Keuskupan Agung Samarinda yang membawahi Keuskupan Banjarmasin, Keuskupan Palangkaraya dan Keuskupan Tanjung Selor. Kemudian Sub Regio Keuskupan Agung Pontianak yang membawahi Keuskupan Sanggau, Keuskupan Ketapang, dan Keuskupan Sintang.
“Dipilihnya Keuskupan Palangkaraya sebagai tuan rumah berdasarkan hasil pertemuan KWI (Konferensi Waligereja Indonesia) tahun 2023,” kata Pastor Ignas, sapaan akrabnya.
Raker I ini mengangkat tema “Keluarga sebagai pewaris iman bagi anak-anak”. Tema ini diambil dari Kitab Ulangan 6:7-8, yang berbunyi “haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu”.
Diangkatnya tema ini, lanjut Pastor Ignas, karena gereja, khususnya Komisi Keluarga melihat betapa pentingnya iman dalam kehidupan manusia. Dan yang mewariskan itu tidak hanya guru-guru katekis, tetapi keluarga yang menumbuhkan dan mewariskan iman.
Ada banyak kebiasaan dalam keluarga yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan imam anak. “Yang tertulis dalam Kitab Ulangan 6:7-8 itu disampaikan Tuhan kepada umat Israel dan kita semua, sesuatu yang menilai itu diteruskan dan diwariskan, tidak cukup hanya diajarkan saja, tetapi diulang-ulang,” katanya.
Dalam Raker ini, masih menurut Ignas, akan membicarakan tiga hal. Hal pokok pertama adalah bagaimana berjalan bersama, saling mendengarkan. Kedua, melihat bagaimana Kerasulan Keluarga di Keuskupan masing-masing, dan ketiga menemukan perspektif baru yg riil terkait dengan kerasulan keluarga.
“Jadi kami belajar bersama, saling mendengarkan, dan menemukan perspektif baru mengenai kerasulan keluarga, tapi itu harus riil. Misalnya bentuk dari mewariskan iman itu melalui doa bersama dalam keluarga, makan bersama,” katanya.
Kemudian juga, bagaimana tugas orang tua dalam penerusan iman anak-anak, peluang dan tantangannya. Di sisi lain, juga terkait kebijakan propinsi, bagaimana keberpihakan pada keluarga, dilanjutkan dengan pewarisan iman. “Nantinya ada sharing pasutri, topik tentang tantangan orang tua yang kawin campur, lalu sharing dari Kerasulan Keluarga bagaimana Komisi Keluarga se-kawasan ini berjalan,” tutup Pastor Ignas. (VK1)