PALANGKARAYA – Kasus orangtua buang bayi terjadi lagi di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah (Kalteng). Kali ini seorang anak bayi laki-laki ditemukan di halaman gereja GKE Sangkakala, Jalan Deli Bangkan, Kelurahan Bukit Tunggal, Kecamatan Jekan Raya, Palangkaraya.
Bayi itu ditemukan seorang warga bernama Pebriyunus, Jumat (9/5/2025), sekitar pukul 06.30 WIB. Pagi itu, Pebriyunus yang bekerja sebagai penjaga di GKE Sangkakala, hendak mematikan lampu halaman gereja. Ia menemukan sebuah kardus diletakan di teras gereja.
Baca berita terkait:
Heboh! Bayi Perempuan Dibuang di Teras Masjid Bukit Raya Induk
Karena curiga, Pebri meminta anaknya untuk memeriksa kardus tersebut. Benar saja, saat dibuka, ternyata isinya bayi. Kejadian itu kemudian disampaikan kepada warga sekitar. Salah seorang bidan bernama Helen, yang mendengar kabar itu, langsung ke lokasi dan memberikan pertolongan kepada bayi laki-laki tersebut. Bayi itu kemudian dibawa ke Klinik Bidan Helen.
Kanit II SPKT Polresta Palangka Raya, Ipda Tri Marsono, mengatakan bayi itu kemungkinan baru lahir beberapa jam sebelumnya. Sebab saat ditemukan, tali pusar masih menempel. Bayi itu saat ditemukan masih ditemukan bekas darah.
“Sementara ini dirawat di tempat ibu bidan Helen. Kami juga berkoordinasi dengan Bidang PPA Polresta dan pihak Perlindungan Perempuan dan Anak, terkait penanganan lebih lanjut,” terangnya. Aparat kepolisan, lanjut, akan melakukan penyelidikan terkait siapa orangtua yang tega membuang bayinya.
Ini untuk kedua kalinya dalam sebulan terakhir, terjadi kasus pembuangan bayi di Kota Palangkaraya. Sebelumnya, pada 21 April 2025 lalu, juga terjadi kasus pembuangan bayi. Saat itu, seorang anak bayi perempuan dibuang di teras Masjid Al Amanah, Jalan Bukit Raya Induk, Kelurahan Bukit Tunggal, Kecamatan Jekan Raya. Bayi perempuan itu diletakan seseorang di teras Masjid sekitar pukul 02.35 dinihari WIB.
Seringnya terjadi kasus pembuangan bayi di Palangkaraya, memunculkan keprihatinan warga. Tak sedikit warga yang menyesalkan. Fransiskus Xaverius Suryo, salah seorang warga Jalan Bangaris, Palangkaraya, menilai peristiwa ini terjadi karena krisis moral manusia. Harga diri manusia mengalami penurunan nilai.
“Karena kalau kita bandingkan dengan uang seribu rupiah, mungkin lebih tinggi uang seribu itu daripada manusia. Karena buktinya belum pernah ada orang yang dengan sengaja buang uangnya seribu rupiah karena tidak lagi suka. Tapi sering terjadi orangtua buang bayinya. Artinya lebih tinggi nilai uang seribu dibanding nyawa manusia,” kritik Suryo. (VK1)