PALANGKARAYA – Komunitas Orang Muda Katolik (Komka) dan Remaja Katolik (Remaka) Paroki Katedral Santa Maria Palangkaraya menggelar drama penyaliban Yesus, Jumat (18/4/2025) pagi. Kisah sengsara Yesus hingga wafat di kayu salib ini, diperagakan di halaman Gereja Katedral, Jalan Tjilik Riwut Km1.
Drama yang juga disebut Tablo Kisah Sengsara Yesus ini merupakan salah satu dari rangkaian peringatan Jumat Agung. Ada sekitar 70 orang anggota Komka dan Remaka Katedral yang terlibat dalam peragaan Tablo. Drama dimulai pukul 07.00 WIB, diawali adegan saat Yesus membawa tiga orang murid-Nya, Petrus, Yohanes dan Yakobus, berdoa di Taman Getsemani.
Lalu datanglah serombongan prajurit menangkap Yesus. Sang Mesias dibawa dan dihakimi dalam sidang pengadilan yang tidak adil. Yesus divonis sebagai penjahat, dipaksa memikul salib, dianiaya hingga disalibkan. Hingga akhirnya Putra Allah Yang Tunggal itu wafat tergantung di kayu salib.
Kematian Yesus di kayu salib diyakini umat Kristiani, sebagai kurban yang sempurna, yang memulihkan hubungan manusia dan Allah.
Para pemuda dan remaja yang terlibat dalam Tablo Jumat Agung di Gereja Katedral Palangkaraya ini, memainkan perannya masing-masing dengan apik. Ada 14 perhentian yang dilewati Yesus. Ia jatuh tiga kali, namun dipaksa tetap terus berjalan dengan salib di punggungnya.
Para serdadu Romawi menyeret dia dan terus memaksa berjalan hingga puncak bukit Golgota, tempat disalibkan. “Tempat-Mu disalibkan masih jauh, Yesus. Cepat jalan,” kata para serdadu, sambil terus menghajar Sang Mesias.
Daniel Axcel Adiwidya, mahasiswa semester 8 salah satu perguruan tinggi di Palangkaraya, yang memerankan Yesus, berkali-kali meringis. Kaki hingga lututnya penuh lecet akibat terjatuh di aspal halaman gereja. Punggungnya penuh luka bekas pukulan.
Diwawancarai setelah drama, Axcel mengaku senang bisa memainkan peran ini. “Awalnya saya ragu, apakah saya bisa. Karena peran Yesus ini sungguh berat. Sempat berpikir untuk menolak, karena rasanya tidak layak. Tapi setelah saya kontemplasi, berdoa, dan konsultasi dengan senior-senior yang sebelumnya memerankan Yesus, akhirnya saya putuskan ambil peran ini,” katanya.
Ditanya soal luka-luka di sekujur badannya, Axcel mengaku sakit. Namun bagi Axcel, di sinilah permenungan batinnya. Jika Ia yang hanya melakonkan drama, dimana dipukul bukan dengan rotan tapi dengan tali sumbu saja sudah merasakan begitu sakit, bagaimana dengan Yesus yang dianiaya hingga wafat.
Bagaimana dengan Dia yang memikul salib yang beratnya berkali-kali lipat dibanding salib kecil yang dibawanya dalam Tablo ini? Bagaimana dengan Yesus yang tangannya ditancapkan paku, lambungnya ditikam tombak? “Apa yang kami lakonkan ini tidak seberapa dibanding yang aslinya. Saya sangat tersentuh saat memerankan ini,” katanya.
Adriana Tamo Ina, guru SMAN 1 Palangkaraya yang menjadi penanggung jawab Tablo Jumat Agung Paroki Katedral Palangkaraya, mengatakan persiapan dan latihan drama ini berlangsung selama kurang lebih 1,5 bulan. Namun karena cuaca yang sering hujan, latihan berjalan tidak maksimal.
“Kita latihan rutin itu baru beberapa hari kemarin. Tapi hasilnya luar biasa, Roh Kudus betul-betul bekerja melalui anak-anak. Mereka memerankan dengan sangat bagus, tidak ada yang salah. Adegan-adegan ini lebih bagus dari pada saat latihan. Puji Tuhan, sungguh luar biasa,” kata Adriana.
Drama penyaliban Yesus ini berakhir pukul 08.30 WIB, dengan adegan terakhir saat Yesus dimakamkan. Sesi ini berlangsung di dalam gereja, persis di depan Altar. Seluruh rangkaian Tablo kemudian ditutup dengan doa dan berkat dari Pastor Paroki Katedral Santa Maria Palangkaraya, RD Patrisius Alu Tampu. (VK1)