PALANGKARAYA – Tanggal 1 Desember ditetapkan sebagai Hari AIDS Se-Dunia atau World AIDS Day. Pertama kali dicetuskan pada 1988, peringatan tahunan ini bertujuan meningkatkan kesadaran orang-orang akan HIV dan AIDS.
Hari AIDS Se-Dunia juga menjadi momentum untuk mengentaskan stigma tentang HIV sekaligus mengenang mereka yang meninggal akibat AIDS. Nah, memperingati Hari AIDS Se-Dunia tahun 2023 yang jatuh pada hari ini, Jumat (1/12/2023), voxkalteng.com akan mengulas data AIDS di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) dan Nasional.
Merujuk laman satudata.kalteng.go.id milik Pemprov Kalteng yang dirilis pada Kamis (28/11/2023), secara kumulatif data AIDS dari tahun 2019 hingga tahun 2021, yakni tahun 2019 tercatat 415 kasus, tahun 2020 sebanyak 536 kasus, dan tahun 2021 sebanyak 407 kasus.
Jumlah kematian akibat AIDS paling banyak terjadi pada tahun 2019 mencapai 223 orang. Tahun 2020 menurun drastis menjadi 18 orang, dan 2021 tercatat 22 orang yang meninggal dunia.
Data tahun 2022, menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng Suyuti Syamsul, dalam wawancara dengan media, Oktober 2023 lalu, tercatat ada temuan kasus baru sebanyak 387 orang. Selanjutnya tahun 2023, dari Januari hingga Juni, tercatat 221 kasus baru.
Dalam wawancara itu, Suyuti juga menyebut Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng selalu rutin mengadakan kegiatan peningkatan kapasitas penemuan kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Pendampingan Minum Obat Antiretroviral (ARV).
Selain itu juga dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di lingkungan masyarakat.
Secara Nasional, Kementerian Kesehatan RI melaporkan kasus (human immunodeficiency virus) di Indonesia masih tergolong tinggi. Berdasarkan jumlah kasus estimasi sampai September 2023, tercatat ada 515.455 orang dengan HIV (ODHIV) di RI. Dari total tersebut, sebanyak 454.723 orang atau sekitar 88 persen di antaranya sudah terdeteksi atau mengetahui status HIV dirinya.
“GAP yang paling besar adalah bagaimana memasukkan para ODHIV itu memulai pengobatan. Jadi ini 40 persen dari ODHIV dari yang sudah teridentifikasi,” ucap Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes dr Imran Pambudi dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (30/11/2023).
“Kemudian gap yang besar berikutnya adalah odhiv yang sedang dalam pengobatan yang dites VL (viral load) jadi tinggal 74.563. Padahal kita perlu mengetahui bagaimana dampak pengobatan kepada mereka. Sehingga kita memerlukan testing viral load ke para ODHIV tadi,” lanjutnya lagi.
Usia terbanyak pengidap HIV adalah 25 sampai 49 tahun, sekitar 69,9 persen dari total kasus tersebut. Kemudian usia terbanyak kedua adalah 20-24 tahun atau sekitar 16,1 persen, usia di atas 50 tahun sekitar 7,7 persen, serta usia remaja 15-19 tahun sekitar 3,4 persen.
Selain itu, Imran melaporkan ada juga pasien berusia di bawah 4 tahun dan 5 hingga 14 tahun yang juga terkonfirmasi mengidap HIV. “Jadi ini adalah kumulatif HIV dan proporsi umurnya. Dan sampai saat ini yang paling besar adalah 25-49 tahun,” imbuhnya.
“Namun salah satu tantangan yang masih kita hadapi adalah bagaimana kita melakukan triple eliminasi. Yakni eliminasi HIV, sifilis, dan hepatitis B. Cuma kita juga lihat di sini untuk usia kurang dari 4 tahun itu masih ada sekitar 2 persen,” lanjutnya lagi.
(VK1/dari berbagai sumber)