PALANGKARAYA – Gereja Katolik akan memperingati Hari Perkawinan Sedunia (World Marriage Day) tahun 2025 pada Minggu (9/2/2025). Peringatan Hari Perkawinan Sedunia tahun ini mengangkat tema “Pernikahan: Sumber Harapan, Mata Air Pembaruan, Kejarlah Cinta Abadi”.
Di Paroki Katedral Santa Perawan Maria Palangkaraya, peringatan World Marriage Day 2025 akan dihadiri ratusan pasangan suami istri (pasutri).
Kegiatan akan diawali dengan misa kudus pada pukul 07.00 WIB, dilanjutkan bincang-bincang berbagi nostalgia rumah tangga. Dalam bincang-bincang ini, panitia akan menghadiri RD Yohanes Lulus Widodo selaku pemateri.
Kegiatan ini diinisiasi oleh Seksi Kerasulan Keluarga Dewan Pastoral Paroki (DPP) Katedral Palangkaraya. Ketua Seksi Kerasulan Keluarga DPP Katedral Palangkaraya Yosef Maria Sahdan Ruslan mengatakan, peringatan Hari Perkawinan Sedunia didedikasikan untuk menghargai kesetiaan pasutri yang berjanji setia sehidup semati.
“Dalam Gereja Katolik, perkawinan itu monogam dan tidak terceraikan. Perkawinan adalah salah satu dari tujuh Sakramen, sehingga Perkawinan itu Kudus,” kata Yosef Ruslan, sapaan akrabnya, didampingi Ketua Panitia Kegiatan, Hendrik Heru, Selasa (4/2/2025).
Kekudusan Perkawinan dalam Gereja Katolik merupakan ajaran Tuhan Yesus, sebagaimana tertulis dalam injil Matius 19:6, “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan oleh manusia”.
Dalam peringatan World Marriage Day ini, para pasutri akan mengucapkan kembali janji perkawinan yang diucapkan saat menerima Sakramen Perkawinan. Pembaharuan janji perkawinan ini akan berlangsung saat Misa Kudus.
Pembaharuan janji perkawinan mengingatkan kembali para pasutri akan janji sehidup semati. Momen ini juga diharapkan meneguhkan kembali perkawinan agar tetap langgeng dan bahagia. Ini juga sebagai antisipasi menyikapi peningkatan tren perceraian dewasa ini.
Hari Perkawinan Sedunia atau World Marriage Day terinspirasi dari Valentine Day. Jika Valentine Day diperingati oleh kelompok muda setiap 14 Februari, maka World Marriage Day untuk pasangan suami istri. Ini memberikan penegasan bahwa kemesraan pasangan tak hanya milik pasangan muda. Namun para orang tua pun tetap harus mesra dan intim.
“Gereja menetapkan World Marriage Day diperingati pada Minggu Kedua bulan Februari. Sasaran kegiatan kali ini adalah para pasangan suami istri baik pasangan muda maupun tua,” kata Yosef Ruslan.
Dalam peringatan World Marriage Day ini, Yosef Ruslan juga akan mengisi salah satu sesi dalam kegiatan bincang-bincang. Ia akan memberikan kesaksiannya bagaimana melewati masa-masa sulit bersama istri, saat dirinya menderita sakit Ginjal, dan kemudian transplant Ginjal pada 22 Juni 2006 di Nanfang Hospital Guang Zhow China.
Selama 19 tahun bergumul dengan penyakit itu, hingga membuahkan mujizat kesembuhan yang diterima dari Tuhan. Dukungan dan kesetiaan sang istri, drg Irly Yulia Sahdan, selalu menguatkan untuk terus berjuang melawan kanker.
Kesaksian ini yang akan dibagikan Yosef Ruslan, yang juga Ketua Komisi Keluarga Keuskupan Palangkaraya.
Ketua Panitia Kegiatan, Hendrik Heru mengatakan, peserta kegiatan Peringatan Hari Perkawinan Sedunia di Gereja Katedral menyasar para Pasutri dari tiap lingkungan yang berada di wilayah Paroki Katedral Palangkaraya.
“Kami menargetkan peserta berjumlah 100 pasangan (200 orang) dari tiap lingkungan. Undangan sudah disampaikan kepada tiap Ketua Lingkungan agar mengutus masing-masing lima pasutri,” kata Heru.
Peringatan Hari Perkawinan Sedunia di Indonesia mengacu pada panduan yang diterbitkan oleh Komisi Keluarga Kongregasi Wali Gereja Indonesia (KWI). (VK1)