By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Vox KaltengVox KaltengVox Kalteng
  • Beranda
  • Kalteng
    • Barito Selatan
    • Barito Timur
    • Barito Utara
    • Gunung Mas
    • Kapuas
    • Katingan
    • Kotawaringin Barat
    • Kotawaringin Timur
    • Lamandau
    • Murung Raya
    • Palangkaraya
    • Pulang Pisau
    • Seruyan
    • Sukamara
  • Nasional
  • Olahraga
  • Peristiwa
  • Religi
  • Showbiz
Reading: Sudah 7 Orang Jadi Korban Serangan Buaya Sungai Mentaya Sejak Januari 2024 Hingga 4 April 2025
Share
Vox KaltengVox Kalteng
  • Beranda
  • Kalteng
  • Nasional
  • Olahraga
  • Peristiwa
  • Religi
  • Showbiz
Search
  • Beranda
  • Kalteng
    • Barito Selatan
    • Barito Timur
    • Barito Utara
    • Gunung Mas
    • Kapuas
    • Katingan
    • Kotawaringin Barat
    • Kotawaringin Timur
    • Lamandau
    • Murung Raya
    • Palangkaraya
    • Pulang Pisau
    • Seruyan
    • Sukamara
  • Nasional
  • Olahraga
  • Peristiwa
  • Religi
  • Showbiz
Follow US
Beranda » Peristiwa » Sudah 7 Orang Jadi Korban Serangan Buaya Sungai Mentaya Sejak Januari 2024 Hingga 4 April 2025

Sudah 7 Orang Jadi Korban Serangan Buaya Sungai Mentaya Sejak Januari 2024 Hingga 4 April 2025

Serangan buaya Sungai Mentaya

4 April 2025
Share
SHARE

SAMPIT – Seorang warga Desa Hanaut, Kecamatan Pulau Hanaut, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah (Kalteng), menjadi korban serangan buaya di Sungai Mentaya, Jumat (4/4/2025) pagi. “Korban bernama Sami, pria berusia 35 tahun, warga RT 01, diterkam buaya saat sedang mandi, sekitar pukul 09.10 WIB,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim Multazam K Anwar.

BPBD bersama BKSDA, Kepolisian, TNI dan warga, hingga Jumat sore, masih melakukan pencarian. Tim menyisir wilayah sekitar untuk menemukan keberadaan korban. Tim juga akan melakukan upaya untuk melumpuhkan buaya yang sering mengancam warga.

Dalam catatan media, Sami menjadi korban ketujuh yang disergap buaya dalam setahun terakhir. Sejak Januari 2024 hingga April 2025, tercatat sudah 7 orang jadi korban serangan buaya. Rinciannya, dua kejadian di tahun 2025, dan empat kejadian di tahun 2024.

Kejadian pertama tahun 2025 pada Senin 13 Januari 2025, dua orang warga Desa Lampuyang, Kecamatan Teluk Sampit, Kotim, dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami luka parah akibat serangan buaya.

Keduanya diserang buaya saat beraktivitas di Sungai Handil Pasir. Mereka mengalami luka parah berupa robek di bagian paha. Kedua korban bernama Sari dan Kipli. Sari diterkam buaya saat mencuci pakaian di tepi sungai. Buaya tiba-tiba menyerangnya dan sempat menyeretnya ke dalam air. Suami Sari, Burhan, dibantu Kipli berusaha menolong dengan menceburkan diri ke sungai.

Burhan berhasil mencolok mata buaya sehingga Sari terlepas dari gigitan. Namun buaya menyerang Kipli yang masih berada di tepi sungai. Adik Sari membantu menarik Kipli dari gigitan buaya. Kipli akhirnya berhasil diselamatkan tetapi mengalami luka robek parah di pangkal paha.

Sementara di tahun 2024, menurut catatan BKSDA Sampit, dari Januari hingga Desember ada empat kejadian konflik antara manusia dan buaya. Jumlah ini mengalami peningkatan dibanding 2023 dengan satu kasus dan 2022 satu kasus.

Konflik pertama terjadi pada April 2024 di Sungai Mentaya, Desa Satiruk, Kecamatan Pulau Hanaut. Korbannya merupakan seorang pria bernama Olan yang bekerja sebagai nelayan dan ia mengalami serangan buaya saat menjala ikan di sungai.

Konflik kedua terjadi pada Mei 2024 di Sungai Lenggana Desa Bapanggang Raya, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang sekitar pukul 04:00 WIB. Korbannya merupakan seorang wanita berusia 59 tahun bernama Lawiyah.

Kejadian ketiga yang terparah, karena menyebabkan korban meninggal dunia terjadi Oktober 2024 lalu, di Sungai Parebok, Desa Parebok Kecamatan Mentaya Hilir Selatan. Kemudian kejadian keempat di Sungai Cempaga, Desa Cempaka Mulia Timur, Kecamatan Cempaga.

Korban keempat merupakan seorang pria bernama Yani yang mengalami serangan buaya saat memasang alat tangkap ikan di malam hari. Korban mengalami luka di tangan kanan yang kini kondisinya sudah mengering.

Berdasarkan data itu pula diketahui bahwa konflik antara manusia dan buaya rata-rata terjadi saat warga beraktivitas di sungai ketika suasana sudah gelap, baik itu petang, malam maupun subuh.

BKSDA Resort Sampit tak hanya mendapat laporan serangan buaya terhadap manusia, tapi juga hewan ternak dan peliharaan. Seperti baru-baru ini, warga di Kecamatan Cempaga melaporkan bahwa anjing peliharaannya telah diserang buaya.

Pada Jumat, 1 November 2024, warga Pulau Hanaut juga diheboh dengan seekor buaya sepanjang 4 meter yang membusuk di perairan Sungai Mentaya. Kematian buaya tersebut diduga akibat konflik dengan manusia.

Sebelumnya, pada Jumat, 20 September 2024, seekor buaya juga terjerat jarring ikan milik warga di Sungai Mentaya. Biaya jantan dengan Panjang sekitar 1,5 meter itu, oleh warga diserahkan kepada BKSDA Pos Sampit, untuk kemudian dilepasliarkan.

Muriansyah menjelaskan, ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya konflik antara manusia dan buaya, khususnya di wilayah Kotim yang berada di bawah pengawasan pihaknya.

Bermula dari kerusakan habitat buaya akibat alih fungsi lahan atau kawasan dan sebagainya yang kemudian berdampak pada pakan alaminya, sehingga satwa tersebut mencari wilayah baru untuk mencari makan dan sampai ke perairan pemukiman.

Kemudian, dari temuan pihaknya di lapangan selama ini ada tiga hal yang membuat semakin sering laporan buaya yang masuk ke pemukiman hingga serangan terhadap ternak maupun manusia.

Pertama, masih banyak warga yang bermukim di bantaran sungai yang memelihara dan membangun kandang ternak di sekitar, bahkan di atas sungai. Kedua, membuang bangkai binatang ke sungai. Ketiga, kebiasaan membuang sampah rumah tangga ke sungai.

Sampah rumah tangga dapat menjadi makanan bagi sejumlah satwa, seperti monyet dan biawak yang merupakan pakan alami dari buaya, sehingga secara tidak langsung membuang sampah ke sungai bisa mengundang kedatangan predator tersebut.

Kemunculan buaya juga meningkat seiring dengan musim hujan yang identik dengan musim kawin dan musim bertelur buaya. Pada kondisi ini buaya cenderung lebih agresif, sehingga potensi terjadinya konflik meningkat. Masyarakat diingatkan untuk selalu mewaspadai kehadiran reptile pemangsa itu. (VK5)

Ini Motif dan Kronologi Istri Mutilasi Suami di Banjar Kalsel
Suami Ngamuk Bawa Parang, Istri Panggil Tim Rescue Damkar Palangkaraya
Perahu Terbalik di Sungai Kahayan Palangkaraya, Lima Sekawan Tenggelam, Satu Hilang
Polresta Ungkap Peredaran Sabu di Jalan Riau Palangkaraya, 14 Paket Diamankan
Ditemukan di Parit Jalan Merdeka Palangka Raya, Siapa Pemilik Motor Mio KH 5036 TS?
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link
Tidak ada komentar Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Vox KaltengVox Kalteng
© Vox Kalteng 2023. All Rights Reserved.
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
Welcome Back!

Masuk ke Akun Admin

Username or Email Address
Password

Lost your password?