SAMPIT – Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) baru memasuki musim penghujan setelah mengalami kemarau panjang. Hujan secara merata mengguyur semua kabupaten/kota di daerah itu, pada pertengahan November 2023.
Namun awal hujan langsung memicu banjir di dua kabupaten, yakni Katingan dan Kotawaringin Timur (Kotim). Di Kotim, banjir menggenangi wilayah Kecamatan Tualan Hulu. Data hingga Selasa (28/11/2023), ada empat desa di daerah itu yang terendam. Keempat desa itu, Tumbang Mujam, Mirah, Tanjung Jorong dan Luwuk Sampun.
Camat Tualan Hulu Admadi Sastra mengatakan, air naik mencapai ketinggian satu sampai empat meter di empat desa tersebut. “Memang empat desa ini langganan banjir. Setiap hujan deras selalu terendam,” kata Armada, Selasa sore.
Meski demikian, lanjutnya, belum ada warga yang mengungsi. Semua masih bertahan. Pihaknya sudah memberikan imbauan, jika air terus naik agar segera berpindah. Terutama bagi anak-anak dan wanita.
Sementara di Kabupaten Katingan, banjir merendam wilayah Kecamatan Katingan Tengah, tepatnya di Desa Samba Katung. Hingga Selasa kemaren, air naik menggenangi jalan dan pemukiman.
Kalaksa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Kalak BPBD) Kabupaten Katingan, Markus, mengingatkan warga agar waspada. Jika air terus naik, sebaiknya mengungsi ke daerah yang lebih tinggi. Tak hanya bagi warga Katingan Tengah, tapi juga di seluruh wilayah Katingan agar meningkatkan kewaspadaan.
“Hal yang tidak kalah pentingnya juga jika banjir bertambah tinggi, matikan aliran listrik dalam rumah dan hubungi petugas PLN untuk mematikan alirannya,” katanya.
Pada tahun 2022 lalu, antara Agustus hingga Oktober, Kabupaten Katingan dilanda banjir besar. Data BPBD setempat ada 25 desa di empat kecamatan yang terendam banjir. Empat kecamatan itu, Katingan Hilir, Tasik Payawan, Kamipang, dan Mendawai. Lebih dari 3.000 kepala keluarga terdampak banjir kala itu. (VK2)