PULANG PISAU – Yosep Bere adalah salah satu ratusan petani kelapa sawit di Desa Hanjak Maju, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), yang sukses berkebun kelapa sawit. Yosep yang lebih akrab disapa Domi Bau, kini memiliki 8 hektare (ha) kebun sawit. Setiap bulan penghasilan Domi mencapai Rp15 juta.
Dalam wawancara dengan voxkalteng.com, Minggu (3/12/2023), Domi menceritakan dari awal berproses dalam mengembangkan pertanian kelapa sawit.
Pria kelahiran Desa Kewar, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) itu, datang ke Kalteng melalui program transmigrasi pada Januari 2005. Mereka kemudian ditempatkan di Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) Anjir Pulang Pisau, yang kemudian berganti nama menjadi Desa Hanjak Maju.
Tiap peserta transmigrasi saat itu diberi rumah dan lahan pekarangan dengan luas 0,25 ha, kemudian lahan usaha (LU) 1 seluas 0,75 hektare. Sebenarnya mereka juga dijanjikan LU 2 seluas 1 ha, namun tak pernah diterima.
Awalnya lahan pekarangan dan LU 1 ditanami padi dan tanaman buah-buahan. Namun mulai tahun 2011, Domi bersama warga lainnya mulai beralih ke kelapa sawit. Itu karena mereka rata-rata bekerja di perusahaan perkebunan kelapa sawit yang tak jauh dari Desa Hanjak Maju. Dan melihat kelapa sawit memiliki prospek yang menjanjikan. Sambil bekerja sebagai buruh sawit di perusahaan, mereka juga mengelola kebun sawit milik sendiri.
Dari yang awalnya tak sampai satu hektare, Domi kemudian perlahan menambah lahannya. Jika ada yang menjual tanah, maka Domi tak berpikir panjang untuk membeli. Hingga kini total sudah 8 ha kebun sawit yang dimiliki Domi.
Dari 18 hektare itu, Domi mengaku bisa panen 5 ton setiap dua pekan, dengan rata-rata tiap tandan buah segar (TBS) memiliki berat 14 kg. Itu jika pada masa puncak buah. Dengan harga buah sawit saat ini Rp 1.850 per kg, Domi mengaku bisa mendapatkan penghasilan berkisar Rp15 juta. Kadang bisa lebih dari itu.
Tentu ini belum dikurangi biaya perawatan. Domi mengakui untuk perawatan kebunnya sekitar 20 persen dari penghasilan, atau sekitar Rp3 juta. “Untuk beli pupuk, bersihkan lahan dan lain-lainnya,” katanya saat dibincangi di rumahnya.
Dari kegigihannya merawat dan mengelola kebun sawit, Domi mengakui hasilnya yang dipanen lebih dari cukup untuk kebutuhan hidupnya. Dengan berkebun sawit, Domi bisa menyekolahkan anaknya ke Perguruan Tinggi, membangun rumah yang layak huni dan membeli kendaraan.
Persoalan yang dihadapi Domi dan petani lainnya, sejauh ini belum ada jalan menuju kebun sawit. Mereka harus memuat buah dengan sepeda motor menuju jalan utama, untuk kemudian dimuat ke truk tengkulak.
Perjuangan dalam melangsir buah kelapa sawit pun tidak main-main, dengan kondisi jalan yang rusak parah. Terhitung sudah 3 sepeda motor milik Domi yang rusak parah.
Meski demikian, Domi mengaku akan terus mengelola dan merawat kebunnya, karena keuntungan yang dihasilkan lumayan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Ia berharap ke depan harga sawit terus naik, dan ada jalan menuju kebun supaya lebih mudah mengangkut buah sawit.
Petani sawit lainnya, Maria Goreti, mengakui hasil kebun sawit cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan panen dua kali dalam sebulan, rata-rata dapat meraup penghasilan jutaan.
Kesuksesan para petani sawit di Desa Hanjak Maju, Pulang Pisau, dapat menjadi contoh bagi petani lainnya. Apalagi saat ini masih banyak lahan tidur yang bisa digarap untuk perkebunan. (MWF)