PALANGKARAYA – Umat Katolik di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) merayakan Pesta Emas Hidup Membiara Uskup Keuskupan Palangkaraya Mgr Aloysius Mariady Sutrisnaatmaka MSF, Minggu (2/2/2025).
Perayaan 50 tahun hidup membiara Sang Gembala ditandai dengan Misa Syukur di Gereja Katedral Sta Maria Palangkaraya, pukul 07.00 WIB, dilanjutkan dengan syukuran di Gedung Serba Guna (GSG) Tjilik Riwut kompleks Katedral.
Misa syukur dipimipin langsung Mgr Aloysius, didampingi Pastor Paroki Katedral Palangkaraya RD Patrisius Alu Tampu dan Romo Timotius I Ketut Adi Hardana MSF, serta puluhan imam Katolik dari berbagai Paroki di Kalteng.
Dalam homilinya, Mgr Aloysius mengungkapkan rasa syukur yang mendalam atas limpahan karunia Allah atas dirinya, yang telah menjalani hidup membiara hingga memasuki masa emas yakni 50 tahun.
Menurut Mgr Aloysius, 50 tahun Imamat adalah perjalanan waktu yang sangat panjang. Tentunya selama tentang waktu tersebut, banyak suka dan duka dialami, bahkan jua oleh seorang Uskup. “Tidak ada pengorbanan tanpa salib Kristus. Namun semua halangan dan rintangan itu dapat ia lalui berkat penyertaan Roh Kudus Allah, ” tegasnya.
“Sebagai Imam, tentunya harus setia menjalani tugas penggembalaan, dan pelayanan kepada Umat terlebih juga melayani Tuhan. Maka ketika melayani Umat, saya merasa dikuatkan karena bimbingan Tuhan, melalui kuasa Roh Kudus-Nya,” lanjut Uskup.
Uskup juga bercerita tentang masa-masa sulit yang dilalui. Saat pulang dari studinya di Italia, Uskup harus menerima kenyataan divonis menderita Diabetes Melitus (DM). “Kuliah di Italia dapat gelar Dr, saya pulang ke Indonesia hanya dalam enam bulan dikasih tambah gelar DM,” guyon Uskup.
Penyakit DM mulai diidap tahun 2001. Tahun 2007, Uskup kembali divonis menderita jantung koroner dan harus menjalani operasi bypass jantung. Tak cukup hanya di situ, beberapa tahun kemudian Sang Gembala kembali menderita batu empedu dan harus menjalani operasi.
Kejadian yang sempat viral menimpah pemimpin tertinggi untuk Katolik di Kalteng ini pada tahun 2021. Sepulang dari Lamandau, Uskup mengalami kecelakaan hebat di wilayah Kotawaringin Barat (Kobar).
Mobil yang ditumpanginya keluar jalur hingga terjun menyeberangi parit, kemudian berguling-guling. Mobil itu mengalami kerusakan cukup parah. Namun di sinilah betapa Tuhan menunjukkan Kasih-Nya. Uskup yang duduk di depan bersama sopir, tidak mengalami luka. Bahkan goresan pun tak ada. Hanya dua orang Suster yang duduk di belakang mengalami sedikit goresan.
Berbagai peristiwa ini menguatkan Uskup, betapa Allah begitu mengasihinya, dan sampai saat ini masih terus diberi kesempatan untuk melayani umatNya. “Tanpa kasih karunia Allah, mustahil semuanya bisa dilewati,” katanya.
Sebagai ungkapan rasa syukur atas pesta emas, hidup membiara, Uskup didampingi para Imam dan para suster di Keuskupan ini turut bergembira dalam acara ramah tamah, yakni pesta umat bersama seluruh umat Paroki Katedral Santa Maria dan Paroki lainnya yang hadir di Aula GSG Tjilik Riwut.
Uskup Mgr Aloysius lahir di Pandhes, Wedi, Klaten, Jawa Tengah, pada 18 Mei 1953. Tahun 1975 mulai menjalani hidup membiara di Seminari, kemudian 1981 ditahbiskan menjadi imam kongregasi MSF (Missionariorum a Sacra Familia/Misionaris Keluarga Kudus).
Aloysius diitahbiskan sebagai Uskup kedua Keuskupan Palangkaraya, di Gereja Katedral Santa Maria Palangkaraya tahun 2001. Moto tahbisan episkopalnya adalah Ut Permanerent in Gratia Dei yang berarti tetap tinggal dalam kasih karunia Allah. (VK1/rilis)


			